-->
2 Jenis Orang Tamak
Ada dua orang yang tamak dan
masing-masing tidak akan kenyang. Pertama, orang tamak untuk menuntut ilmu, dia
tidak akan kenyang. Kedua, orang tamak memburu harta, dia tidak akan kenyang.
(Nabi Muhammad saw) Menurut hadis
yang diriwayatkan oleh Thabrani dari Ibnu Abbas ra di atas, ada dua karakter
orang tamak yang tidak akan pernah puas terhadap apa yang dimilikinya dan
senantiasa berusaha untuk menambahnya.
Namun, keduanya memiliki
karakteristik yang berbeda menurut sisi pandang Islam.
Adalah terpuji jika ada seorang
Muslim yang tamak terhadap ilmu. Muslim seperti ini senantiasa menginginkan
derajat keilmuan, akhlak, amal kebajikan, dan usahanya untuk meraih kemuliaan,
yang akan mengetuk hatinya untuk menapaki tangga kesempurnaan sebagai seorang
Muslim. Ia selalu memanfaatkan segala kesempatan untuk mengkaji Islam dalam
memecahkan problem kehidupan manusia dengan hikmah. Sabda Rasulullah saw, “Ilmu
laksana hak milik seorang Mukmin yang hilang, di manapun ia menjumpainya, di
sana ia mengambilnya,” (HR Al Askari dari Anas ra).
Sedangkan ketamakan terhadap
harta hanyalah akan menghasilkan sifat buas, laksana serigala yang terus
mengejar dan memangsa buruannya walaupun harta itu bukan haknya. Fitrah manusia
memang sangat mencintai harta kekayaan dan berhasrat keras mendapatkannya
sebanyak mungkin dengan segala cara dan usaha. Firman Allah S.W.T: Katakanlah
(hai Muhammad), jika seandainya kalian menguasai semua perbendaharaan rahmat
Tuhan, niscaya perbendaharaan (kekayaan) itu kalian tahan (simpan) karena takut
menginfakkannya (mengeluarkannya). Manusia itu memang sangat kikir. (QS Al
Isra': 100).
Rasulullah saw bersabda, “Hamba
Allah selalu mengatakan, 'Hartaku, hartaku', padahal hanya dalam tiga soal saja
yang menjadi miliknya yaitu apa yang dimakan sampai habis, apa yang dipakai
hingga rusak, dan apa yang diberikan kepada orang sebagai kebajikan. Selain itu
harus dianggap kekayaan hilang yang ditinggalkan untuk kepentingan orang lain,”
(HR Muslim).
Seorang Mukmin adalah orang yang
meyakini bahwa rezeki telah ditentukan
oleh Allah S.W.T. Dia juga yakin bahwa setiap manusia tidak akan menemui ajalnya sebelum semua rezeki yang telah ditetapkan oleh Allah dicukupkan kepadanya.
oleh Allah S.W.T. Dia juga yakin bahwa setiap manusia tidak akan menemui ajalnya sebelum semua rezeki yang telah ditetapkan oleh Allah dicukupkan kepadanya.
Ia merasa cukup terhadap harta
yang telah diperolehnya dan menyadari ada hak orang lain atas kelebihan harta
yang dimilikinya. Ia infakkan sebagian hartanya di jalan Allah untuk membantu
saudara-saudaranya yang dilanda kelaparan dan kekurangan. Demikianlah yang
patut dilakukan seorang Muslim dan ia tidak lagi silau terhadap kekayaan orang
lain yang dihimpun karena ketamakan.
Rasulullah bersabda, “Tidak ada
iri hati kecuali dalam dua perkara, (yaitu) orang yang dikaruniai harta
kekayaan dan dihabiskan untuk menegakkan kebenaran, dan orang yang dikaruniai
hikmah kemudian ia melaksanakan dan mengajarkannya (kepada orang lain).”